DPRD Samarinda Kritik Pembangunan Tak Sentuh Akar Masalah Banjir

Jumat, 27 Juni 2025 15:56 WITA

Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar.
Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar.

Obrolanrakyat.id, Samarinda – Kritik tajam disampaikan Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar, terhadap arah pembangunan kota yang dinilainya hanya fokus pada proyek besar namun mengabaikan permasalahan mendasar seperti banjir dan tata ruang.

Dalam pandangannya, proyek infrastruktur yang dibiayai dengan anggaran besar tidak menunjukkan dampak signifikan dalam mengurangi kerusakan akibat hujan deras, yang justru terus merugikan warga.

Anhar menyebut bahwa hasil pembangunan belum mampu bertahan saat cuaca ekstrem datang, bahkan justru memperparah kerusakan lingkungan di sekitar kawasan pemukiman warga.

“Setelah hujan, apa yang kita bangun rusak semua. Terowongan longsor, titik-titik banjir tetap ada,” tegasnya saat ditemui belum lama ini.

Ia juga menyindir pembangunan patung pesut yang menelan anggaran hingga Rp1,1 miliar dan mempertanyakan urgensinya dalam konteks kebutuhan mendesak warga.

“Untuk apa itu dibangun? Seindah apa sih itu? Bentuknya juga belum tentu seperti pesut,” ujarnya menambahkan dengan nada kesal.

Menurut Anhar, pembangunan seperti itu tidak memberikan kontribusi berarti terhadap kesejahteraan masyarakat maupun pengurangan risiko banjir yang tiap tahun terus berulang.

Sorotan tajam terhadap tata ruang dan drainase kota

Politikus dari PDI Perjuangan ini juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap tata ruang kota yang dinilai buruk dan pematangan lahan yang sembarangan, tanpa perhitungan dampak lingkungan jangka panjang.

“Pematangan lahan diduga kuat dilakukan atas izin dari pemerintah kota sendiri. Ini yang memperparah potensi banjir,” jelasnya, sembari menuding lemahnya pengawasan dari pihak terkait.

Tak hanya itu, Anhar juga menyoroti sistem drainase yang menurutnya sudah tidak mampu menampung debit air saat hujan deras melanda Samarinda.

“Parit-paritnya tenggelam. Elevasi pembangunan tidak terkontrol,” katanya dengan nada tegas.

Lambatnya pembangunan lingkungan dan penerangan juga disorot.

Ia menambahkan bahwa sejumlah program peningkatan infrastruktur dasar seperti jalan lingkungan, jaringan listrik, serta penerangan jalan umum berjalan lambat, padahal sektor tersebut justru merupakan penyumbang besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Samarinda.

“Kalau pemasukan pajaknya besar, kenapa realisasinya begitu lambat? Warga butuh jalan mulus dan lampu jalan, bukan sekadar tugu atau patung,” ungkapnya.

Evaluasi proyek dinilai penting demi kesejahteraan warga.

Menurut Anhar, ukuran keberhasilan pembangunan tidak bisa semata-mata dilihat dari tingginya gedung atau megahnya pasar, melainkan harus diukur dari sejauh mana proyek tersebut berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup warga.

“Gedung bisa dibangun tinggi, pasar bisa direhabilitasi, tapi jika banjir datang semua disapu bersih, apa gunanya,” tutupnya.

Ia mendesak agar seluruh proyek yang menggunakan dana rakyat harus dievaluasi secara menyeluruh dan tidak hanya dikejar target serapan anggaran, melainkan benar-benar menyasar pada kebutuhan mendasar masyarakat. (Adv)

Berita Terkait